Pakaian Tradisional suku Dayak Kanayatn terbuat dari kulit Tarab atau Kapuak/Kapoa'. Bajunya berbentuk Rompi yang disebut Baju Marote atau baju uncit. Cawatnya terbuat dari Kain tenun atau kulit Kayu yang disebut Kapoa. Serta mahkota atau ikat kepala yang dalam bahasa ahe disebut Tangkulas. Tangkulas ini biasanya dihiasi dengan bulu Ruai/Kuau Raja, serta bulu Enggang. Terkadang, jika bulu burung Ruai tidak ada, bisa diganti dengan Anjuang Merah.
Upacara adat yang biasa diadakan oleh suku ini antara lain Naik Dango, Muakng Rate, Gawai Dayak, dan lain-lain.
Sistem Religi
Religi asli suku Dayak Kanayatn tidak terlepas dari adat istiadat
mereka. Bahkan dapat dikatakan adat menegaskan identitas religius
mereka. Dalam praktik sehari-hari, orang dayak kanayatn tidak pernah
menyebut agama sebagai normativitas mereka, melainkan adat. Sistem
religi ini bukanlah sistem hindu Kahuringan seperti yang dikenal oleh
orang-orang pada umumnya.
Orang Kanayatn menyebut Tuhan dengan istilah Jubata. Jubata inilah
yang dikatakan menurunkan adat kepada nenek moyang Dayak Kanayatn yang
berlokasi di bukit bawakng ( sekarang masuk wilayah kabupaten Bengkayang
). Dalam mengungkapkan kepercayaan kepada Jubata, mereka memiliki
tempat ibadah yang disebut panyugu atau padagi. Selain itu diperlukan juga seorang imam panyangahatn yang menjadi seorang penghubung, antara manusia dengan Tuhan ( Jubata ).
Sekarang ini banyak orang Dayak Kanayatn yang menganut agama Kristen dan segelintir memeluk Islam.
Kendati sudah memeluk agama, tidak bisa dikatakan bahwa orang Dayak
Kanayatn meninggalkan adatnya. Hal menarik ialah jika seorang Dayak
Kanayan memeluk agama Islam, ia tidak lagi disebut Dayak, melainkan Melayu atau orang Laut
Bahasa
Dayak Kanayatn memakai bahasa ahe/nana' serta damea/jare dan yang
serumpun. Sebenarnya secara isologis (garis yang menghubungkan persamaan
dan perbedaan kosa kata yang serumpun) sangat sulit merinci khazanah
bahasanya. Ini dikarenakan bahasa yang dipakai sarat dengan berbagai
dialek dan juga logat pengucapan. Beberapa contohnya ialah : orang Dayak
Kanayatn yang mendiami wilayah Meranti (Landak) yang memakai bahasa
ahe/nana' terbagi lagi ke dalam bahasa behe, padakng bekambai, dan
bahasa moro. Dayak Kanayatn di kawasan Menyuke (Landak) terbagi dalam
bahasa satolo-ngelampa', songga batukng-ngalampa' dan
angkabakng-ngabukit. selain itu percampuran dialek dan logat menyebabkan
percampuran bahasa menjadi bahasa baru.
Banyak Generasi Dayak Kanayatn saat ini tidak mengerti akan bahasa yang
dipakai oleh para generasi tua. Dalam komunikasi saat ini, banyak kosa
kata Indonesia yang diadopsi dan kemudian "di-Dayak-kan". Misalnya
ialah :bahasa ahe asli : Lea ,bahasa indonesia : seperti ,bahasa ahe
sekarang : saparati .Bahasa yang dipakai sekarang oleh generasi muda
mudah dimengerti karena mirip dengan bahasa indonesia atau melayu.
Lembaga Adat
Suku Dayak merupakan bagian dari masyarakat adat. Masyarakat adat
adalah komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan asal usul keturunan
diatas suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan
kekayaan alam, kehidupan sosial-budayanya diatur oleh hukum adat dan
lembaga adat yang mengelola keberlangsungan hidup masyarakatnya.
Hukum adat Dayak Kanayatn mempunyai satuan wilayah teritorial yang dusebut binua. Binua merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa kampung (dulunya radakng/ bantang). Masing masing binua punya otonominya sendiri, sehingga komunitas binua yang satu tidak dapat mengintervensi hukum adat di binua lain.
Setiap binua dipimpin oleh seorang timanggong(kepala desa). timanggong memiliki jajaran-bawahan yaitu pasirah (kepala dusun) dan pangaraga (ketua RW/RT). Ketiga pilar inilah yang menjadi lembaga adat Dayak Kanayatn
Sistem Kekerabatan
Sistem pertalian darah suku Dayak Kanayatn menggunakan sistem
bilineal/parental (ayah dan ibu). Dalam mengurai hubungan kekerabatan,
seorang anak dapat mengikuti jalur ayah maupun ibu. Hubungan kekerabatan
terputus pada sepupu delapan kali. Hubungan kekerabatan ini penting
karena hubungan ini menjadi tinjauan terutama pada perkara perkawinan.
Mungkin hal ini dimaksudkan agar tidak merusak keturunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar